Thursday, April 16, 2009

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama
tapimengalami nasib yang berbeda.
Keduanya sama-sama dicetak di PERURIdengan bahan dan alat-alat yang oke.

Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus,
berkilau, bersih, harum dan menarik.Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribubertemu kembali di dompet seseorang
dalam kondisi yang berbeda.


Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama
tapimengalami nasib yang berbeda.
Keduanya sama-sama dicetak di PERURIdengan bahan dan alat-alat yang oke.

Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus,
berkilau, bersih, harum dan menarik.Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribubertemu kembali di dompet seseorang
dalam kondisi yang berbeda.

Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :"Ya, ampiiiuunnnn.
.......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu
udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan...... bau!Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI,kita sama-sama keren kan ..... Ada apa denganmu?"
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan
perasaannelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :"Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tigahari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya sayasudah pindah ke
dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur,saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuhdengan darah dan taik ayam.

Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar
aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke
kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke 'baluang' (pren : tau kan
baluang...?) Inang-inang. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya
saya bau, kumal, lusuh,karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas.
......"

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.: "Wah, sedih sekali
perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak
kita keluar dari PERURI itu, akudisimpan di dompet kulit yang bagus dan harum.

Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum
sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di
hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat
arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di
tempat yangbagus. Jarang deh aku di tempat
yang kamu ceritakan itu. Dan...... aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu.
"

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya :"Ya. Nasib
kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang
dan bangga daripada kamu!"

"Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
"Aku sering bertemu teman-temanku di
kotak-kotak amal di mesjid atau ditempat-tempat
ibadah lain.Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku
melihat kamu disana....."

dari seorang sahabat

No comments:

Post a Comment